Waktu menunjukkan pukul 12.10 am
at Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Cuaca yang cukup dingin Makassar waktu
itu masih diguyur hujan meskipun dengan intensitas yang sedang namun cukup
untuk membuat saya menggigil kedinginan ditambah kondisi bandara yang full ac
mengharuskan saya untuk segara mengenakan jaket. Sebenarnya waktu bording pass
masih ada 2 jam kurang namun rasanya akan lebih baik jika saya segera chek in
dan nongkrong saja diruang tunggu, saya
rasa akan lebih aman. mengingat perjalanan kali ini menuju ke timur Indonesia
tepatnya di Kabupaten Yapen dan Kabupaten Waropen memerlukan waktu dua jam
lebih 45 menit waktu yang cukup lama tentunya. Dua Kabupaten ini adalah bagian
kecil dari wilayah Papua, pulau dengan anugerah Allah SWT yang berlebihan.
Tak banyak yang bisa saya ceritakan
dipenerbangan ini, selain rasa ngantuk yang selalu mendesak untuk diladeni, kru
maskapai inipun selalu membuat saya terjaga dari tidur, maaf pak yah tolong
mejanya dilipat, sabuknya dipakai yah... sabuknya tolong dipakein yah mbak…
kata ku (yang ini sya ngomongnya dalam hati).
Pukul 06:15 am at Bandar Frans Kaisiepo pesawat yang
saya tumpangi mendarat mulus di Biak. Dengan bergegas saya mengambil barang
bagasi dan lansung menuju ke konter pesawat lokal untuk melanjutkan perjalanan
ke Kab. Yapen Kepulauan. Untuk penerbagan lokal sendiri di bandara ini terdapat
dua konter yaitu konter maskapai Trigana Air dan konter Maskapai Susi Air. Yah…
Susi Air Maskapai yang dipimpin oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Ibu Susi
Pudjiastuti maskapai yang hampir melayani seluruh penerbangan pesawat tipe ATR di
berbagai pelosok di Indonesia terkhusus untuk lokasi bandara yang runway nya
tidak mendukung untuk Landing pesawat tipe Jet dan Boing. Untuk Pulau Papua
sendiri Susi Air sudah memiliki rute penerbangan dihampir wilayah pelosok pulau
ini sehingga akan menjadi pemandangan yang lazim kita temui pesawat Susi Air
terparkir rapi dibandara-bandara di Papua.
Namun, untuk kali ini saya kurang
beruntung niat hati untuk mencoba pesawat milik ibu Susi harus ditunda dulu
pasalnya, bagian informasi baru saja mengumumkan bahwa pesawat Susi Air dengan
tujuan Serui Kepulauan Yapen akan berangkat, jadi maskapai Trigana Air menjadi
pilihan kedua saya. Harga tiket lumayan terasa, 680 ribu untuk sekali
perjalanan itu sudah termaksud transportasi yang disediakan oleh maskapai ke
kota Serui Ibu kota Yapen Kepulauan. Pesawat yang saya gunakan kali ini lumayan
besar dengan kapasitas maksimal 18 orang tipe ATR berbaling-baling ganda dengan
waktu tempuh 25 menit, untuk tipe ATR pesawat ini tergolong cukub besar, namun
yang namanya ATR sensasi Take Off dan landing itu akan sangat berarti di Hidup
anda. Cobalah…!!!
Pantai putih berpasir, birunya
laut dan awan-awan yang beriring tenang seolah-olah menegaskan inilah manikam
di timur Indonesia. Ukuran jendela pesawat yang minimalis tidak mampu
membendung imajinasi saya untuk membayangkan betapah indahnya pulau ini, sungguh
sebuah kelebihan yang di anugerahkan oleh Allah SWT. Dua puluh lima menit
berlalu pesawat sayapun mendarat di Kota Serui distrik Yapen Selatan. Stevanus Rumbewas Airport begitulah nama
bandara ini disebut dengan panjang runway kurang lebih 1400 m dan lebar 30 m dengan
fasilitas yang minim bandara ini hanya mampu menampung seratusan orang saja.
Perjalanan dari bandara ke Kota
Serui dengan jarak 8 km menempuh waktu kurang lebih 25 menit cukup lama memang
hal ini disebabkan jalanan menuju kesana membelah pegunungan, berkelok-kelok
dan menanjak. Di sepanjang jalan pohon-pohon khas hutan hujan tropis berdiri
menjulang tinggi. Pohon dengan ukuran bigsize akan nampak sesekali di pinggir
jalan. Masyarakat asli penduduk Yapen banyak yang memanfaatkan hutan di area
pinggiran jalan untuk membuka lahan. Mereka biasanya becocok tanam umbi-umbian
dan sayur-sayuran. Jadi jangan heran jika kita sering melihat masyarakat lokal
berjalan dipinggir jalan raya dengan memegang sebilah parang. Bukan untuk
tawuran tapi untuk berkebun. Sesekali supir menyapa mereka dengan membunyikan
kelakson merekapun membalas dengan senyum atau lembayan tangan. Senyum mereka
merah, semerah bendera Indonesia. (Merah kerena makan pinang).
Kota Serui Distrik Yapen Selatan
Kabupaten Yapen Kepulauan, dengan jumlah penduduk sekitar lima ribuan jiwa
(belum termaksud masyarakat yang bermukim di wilayah pegunungan) yang terbagi
dalam 9 RW dan 35 RT. Suku yang mendiami wilayah ini cukup beraneka ragam
dengan suku Sulawesi dan Jawa mendominasi masyarakat pendatang. Kota serui
tertata dengan rapi dan cukup bersih terotoar jalannya sudah dilengkapi dengan
tong-tong sampah untuk menampung sampah rumahan penduduk. Lampu jalanpun sudah
banyak terpasang di pingiran jalan. Juga ada telkomsel korner yang terletak di
pinggir jalan samping alun-alun kota. Tempat-tempat ibadah umat kristiani
sangat mudah kita jumpai disini dari ukuran sedang hingga yang megah, sedangkan
untuk masjid, didaerah pasar terdapat Mesjid Raya Serui yang cukup megah
sewaktu saya berkunjung masjid ini masih dalam tahap perbaikan namun 80 % fisik
gendung sudah bisa digunakan. Untuk penginapan para traveler yang ingin
berkunjung ke daerah ini tak perlu khawatir ada beberapa penginapan yang saya
rekomendasikan salah satunya penginapan merpati dengan harga 100 ribuan
permalam sedangkan untuk traveler yang memiliki budged lebih ada hotel yang
cukup bagus yang bisa dijadikan tempat beristirahat selama berkunjung kedaerah
ini. Makananpun cukup banyak pilihannya, selera nusantara ada disini jadi bagi
anda traveler muslim takperlu khawatir. Harga makanannya mulai dari harga 20
ribuan hingga 60 ribuan.
Berkunjung di kota ini ataupun
wilayah lain di Papua orang-orang dengan kebiasaan mengunyah sirih adalah pemandangan
yang lazim kita jumpai. Pada dasarnya kebiasaan ini memiliki sisi positif bahwa
perputaran uang dari hasil menjual sirih dan pinang cukup besar dan mampu menggerakkan
roda perekonomian, sehingga tak heran penjual sirih akan sering kita jumpai
berjualan di sepanjang terotoar dan ini terjadi dihampir seluruh wilayah kota
di Papua. Sedangkan sisi negatifnya adalah kebiasaan membuang ludah yang
bercampur sirih secara sembarang sehingga ludah ini kadang bercecaran di
sepanjang terotoar, dinding bangunan kota dan jalan-jalan umum lainnya. Hal ini
tentunya merusak pemandangan dan kebersihan kota. Sebaiknya pemerintah terkait
memberikan himbauan untuk tidak melakuan hal tersebut disembarangan tempat.
Terkhusus untuk tempat-tempat yang menjadi akses publik seperti Bandara,
terotoar, Taman Kota dll.
Ada dua lokasi wisata yang
takboleh anda lewatkan jika berkunjung ke kota ini, Danau Borobudur dan air
terjun. Dengan lokasi yang takjauh dari kota, Danau Borobudur dapat ditempuh
dengan menggunakan angkutan ojek. Danau ini ber-air payau memiliki mata air sendiri
yang terletak didasar danau yang berhubungan langsung dengan laut sehingga
perpaduan ini menciptakan ekosistem yang khas dan tentunya sungguh menakjubkan
mata memandang. Dengan warnanya yang hijau tua air danau ini terhampar tenang
mengitari kelokan-kelokan topografi danaunya. Ada ukuran danau yang kecil dan
ada pula yang cukup besar. Semua saling terhubung melalui selat sempit dengan
tumbuhan mangrove menghiasi dipinggirannya. Jika dari arah bandara Danau ini
akan nampak lebih eksotik, pemandangan dari ketinggian memberikan ruang yang
luas untuk mata memandang. Kecantikan danau ini diperparah dengan adanya air
terjun kembar yang berlokasi di pengunungan disebelah danau. Saat berada di
tempat ketinggian bentang alam ini akan begitu sempurna sungguh indah dipandang
mata.
Dimalam hari aktifitas muda mudi
akan terkonsentri di Alun-alun kota, cukup ramai dengan berbagai jajanan mulai
dari nasi kuning hingga lalapan. Harganyapun bervariatif start dari harga 15
ribu rupiah hingga 30 ribu rupiah. Waktu nongkrong terbilang cukup singkat kira
jam 10 dan paling lama jam 11 malam kondisi alun-alun kota sudah tampak sepi,
maklumlah kondisi disini belum semeriah kota-kota yang ada di wilayah Papua,
Jayapura misalnya. Jadi jangan berharap untuk dapat mall disini.
Om John, adalah salah satu
pengurus organisasi pemuda di kota ini, menjadi teman ngobrol saya melewati
malam panjang di Serui darinya saya banyak mendapat informasi mengenai Pulau
Yapen dari kebudayaan hingga politik. menurut om John masyarakat Serui ini mulai
dari pedagang ubi hingga pejabat daerah jika ngumpul tak ada hal lain yang
dibahas selain masaalah politik. apa lagi sewaktu saya berkunjung situasi
politik disana lagi hangat-hangatnya. Pasalnya pasangan calon yang memenangkan
pemilihan digugat oleh lawan politiknya dengan alasan yang menurut om John
cukup mengada-ada. Malam semakin larut obrolanpun masuk keranah-ranah yang tabu
untuk diperbincangkan ditempat umum. OPM dan kemerdekaan Papua, dan saya rasa
ini cukup menjadi rahasia kami dan alam. Yang jelas Papua Masih Cinta NKRI.
Azan subuh terdengar sayu
dikejahuan panggilan Allah SWT tuk segera ditunaikan, rasanya masih banyak yang
harus saya tanyakan di om john namun waktu yang singkat membatasi saya, waktu 2
hari di Serui rasanya belum cukup untuk mengeksplore daerah ini. biarlah
sisilain yang belum saya jelajahi menjadi alasan lain untuk saya berkunjung
dilain waktu. sayapun pamit pada om John untuk mempersiapkan diri sebab pukul
11 siang nanti saya akan melanjutkan perjalanan menuju Desa Rosisi Distri Urfas
Kab. Waropen.
Kita sambung di explore
selanjutnya…
Muh. Yusuf Weandra
KSR-UH.XIV.011
Posting Komentar