Peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Profesor Sugiyono, berhasil mengembangkan Buras atau Lontong steril yang bisa bertahan hingga 5 tahun.
Ilustrasi foto lontong dan burasa / google.com
Namun buras hanya mampu bertahan dua hingga tiga hari. Lebih dari itu makanan yang biasa dibuat pada hari besar atau hari raya ini akan basi.
Relawan KSR PMI Unhas saat proses evakuasi korban banjir (ksrpmiunhas.or.id)
Profesor Sugiyono saat Orasi Ilmiah Guru Besar IPB (anataranews.com)
Dalam tulisan yang dimuat di kabarkampus.com juga dijelaskan tentang proses pembuatan buras steril. Pada prinsipnya terdiri dari tiga tahap yaitu pembuatan buras setengah matang, pengemasan vakum, dan pemanasan bertekanan (sterilisasi). Penutupan kemasan dilakukan dalam keadaan vakum (vacuum sealing). Kondisi vakum dimaksudkan untuk mencegah produk mengembung pada saat dipanaskan.
Pemanasan bertekanan merupakan tahapan yang paling penting karena menentukan tingkat sterilitas dari produk. Proses pemanasan bertekanan dilakukan untuk membunuh semua mikroba pada produk dan menjadikan produk tersebut steril. Proses ini dilakukan dengan menggunakan autoclav pada suhu 121 derajat celsius. Produk buras steril dapat disimpan pada suhu ruang dan memiliki masa kadaluarsa lebih dari satu tahun bahkan hingga lima tahun.
Foto kemasan buras steril dan lontong (okezone.com)
“Buras steril ini dapat dibuat seberat 100 gram per buah dan dikemas dalam aluminium foil sebanyak dua buah buras per kemasan (200 gram). Setiap orang dewasa memerlukan konsumsi produk sebanyak dua kemasan aluminium foil (400 gram) per sajian,” jelasnya.
Biaya produksi buras steril ini hanya Rp 2.500 per bungkusnya. Dengan dilindungi kemasan alumunium foil, produk pangan ini tidak akan mudah rusak dan tahan air.
Dengan demikian, kata Prof. Sugiyono, untuk sekali konsumsi buras ini diperoleh asupan energi sebesar 714,92 kilo kalori. Konsumsi tiga kali sehari menghasilkan asupan kalori sebesar 2144,76 kilo kalori”, tandasnya.
Posting Komentar