Oleh : Triska Meidiana dan Sarifah Arafah Nasir
PMR SMAN 2 Watampone
Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja tidak dapat disebut telah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, siapa mereka dan apa
yang membuat mereka berbeda dari orang lain. “Siapa kamu?
Tanya tuan ulat. Alice menjawab malu-malu,”sa-saya tidak tahu
tuan, baru saja, paling tidak saya tahu siapa ketika bangun
tidur tadi pagi, tetapi saya rasa saya
telah berubah beberapa kali sejak itu”-Lewis Carrol (penulis inggris abad
ke-19)-
Jika membaca sepenggal tulisan yang dituliskan oleh
seorang penulis terkenal pada masa itu, mungkin kita berfikir apakah kaitan antara tulisan
tersebut dengan hal yang ingin kita bahas yaitu mengenai “DIRI, IDENTITAS, EMOSI, DAN
KEPRIBADIAN”. Sepenggal tulisan
diatas membawa kita pada permasalahan umum yang di alami setiap remaja, banyak remaja yang tidak dapat menemukan
identitas dirinya. Mungkin hal ini
terlihat begitu sederhana, tetapi sadar
atau tidak, hal ini sangatlah penting
pada pribadi setiap remaja. Contohnya kecenderungan
untuk melakukan tindakan plagiat, penyaluran emosi secara tidak terkontrol
karna tidak mengetahui jati dirinya dan yang paling ditakutkan adalah
bergabungnya remaja pada lingkungan yang tidak baik karna merasa bahwa
disitulah mereka dapat menemukan identitas diri mereka. Pada remaja, seringkali terjadi ketidak mampuan untuk mengendalikan diri karena, perkembangan emosi remaja tidak stabil dan penuh gejolak. Kita tidak dapat menyalahkan remaja akibat hal negatif yang
mucul sebagai akibat dari pencarian identitas diri mereka, karna keluarga dan lingkungan sangatlah
berperan aktif untuk membantu remaja dalam menemukan jati diri mereka.
Bagaimanakah remaja mendeskripsikan dirinya? Bagaimanakah deskripsi anda mengenai diri sendiri ketika berusia 15 tahun? Karakteristik apa sajakah yang ditekankan? berikut
ini adalah sebuah potret diri dari seorang remaja perempuan yang berusia 15
tahun.
“Seperti bagaimanakah aku sebagai pribadi itu?
Rumit! Aku sensitif, bersahabat, mudah bergaul, populer
dan toleran. Meskipun demikian aku juga pemalu, sadar diri dan bahkan
menjengkelkan. Menjengkelkan! aku biasanya selalu bersahabat dan toleran, terkadang
aku menjadi pribadi yang sangat rajin belajar, namun terkadang aku
menyia-nyiakan waktu juga, karna apabila kamu terlalu banyak belajar kamu tidak
akan populer. Di rumah aku sering merasa tidak nyaman apabila berada disekitar
orang tua. Mereka mengharapkan semua nilaiku sempurna, itu sungguh tidak
adil!aku menjadi khawatir bagaimana caranya mendapatkan nilai yang baik, itulah
mengapa aku terkadang bersikap gelisah dan sarkastik dirumah. Manakah yang
merupakan sifat asliku yang sesungguhnya? terkadang aku merasa bersikap tidak
asli terlebih ketika berada disekitar anak laki-laki seusiaku. Aku berusaha
bersikap sangat menyenangkan bahkan melakukan hal konyol, kemudian aku menjadi
sadar diri dan malu, kemudian langsung berubah drastis menjadi introvert, dan
aku menjadi tidak tahu siapakah diriku yang sebenarnya”
Sepenggal kutipan diatas dapat membuat kita sedikit
memahami apa yang akan dialami remaja apabila tidak dapat menemukan identitas
diri dan kepribadian mereka, emosi yang tidak terkontrol, mood yang sering
berubah bahkan pembawaan yang terlalu dibuat-buat yang berdampak mereka dijauhi
oleh lingkungannya merupakan dampak dari ketidakmampuan remaja dalam menemukan
identitas diri mereka. Tahukah anda? Bahwa Remaja mulai memiliki social cognition, yaitu kemampuan untuk mengenal
orang lain, serta conformity yaitu kecenderungan untuk mengikuti opini, pendapat, nilai dan hobi teman sebaya. Itulah sebabnya, ketika remaja mengalami masa sulit, mereka lebih memilih teman sebaya, dari pada ke orang tua. Disinilah peran teman sebaya bagi remaja.
Apakah
yang dimaksud dengan pemahaman diri?
Pemahaman diri atau self-understanding adalah resprentasi kognitif remaja mengenai diri,
substansi, dan isi dari konsepsi diri remaja.
Banyak remaja yang
tidak dapat memahami diri mereka sendiri sehingga menyebabkan mereka tidak
dapat membedakan “diri real versus diri ideal, diri sebenarnya versus
diri palsu”, kemampuan remaja yang dapat menyusun diri mereka menjadi
pribadi yang ideal justru akan membingungkan dirinya sendiri. Kemampuan kognitif yang cepat pada remaja serta pengalaman sosial budaya mempengaruhi pemahaman diri mereka. Pemahaman diri menjadi lebih terintegrasi, dalam berkembang menuju dewasa, tapi karena emosi mungkin masih terlalu berpengaruh, pemikiran remaja mungkin masih terlalu mementingkan diri sendiri dan melindungi
diri. Kita dapat memberikan pemahaman tentang
“konsep diri” pada remaja tersebut.
Dengan konsekuensi yang dapat ditimbulkan akibat
rendahnya harga diri seorang remaja, orang tua dan lingkungan sekitar dapat
memperbaiki harga diri seorang remaja dengan empat cara yaitu:
1.
Mengidentifikasikan penyebab rendahnya harga diri dan bidang-bidang kompetensi yang penting bagi diri seorang remaja.
2. Menyediakan dukungan emosional
3.
Meningkatkan prestasi
4. Meningkatkan kepercayaan diri seorang remaja bahwa meraka mampu melakukan hal tersebut
Pada usia remaja konsep diri telah ditekankan pada diri. Namun, harga diri lebih terkait dengan citra tubuh dan penampilan fisik dari pada keberhasilan di sekolah. Konsekuensi dari harga diri yang rendah: ketidak nyamanan emosional,
depresi, bunuh diri, anoreksia dan gangguan makan lainnya, kenakalan, pembunuhan, penyalahgunaan alkohol dan narkoba, narsisme yang tinggi, empati rendah,
kepekaan terhadap penolakan.
Sebagai bagian dari eksplorasi sosialnya remaja mengalami psychosocial moratorium atau istilah yang sering digunakan untuk merujuk pada kesenjangan rasa aman di masa kanak-kanak dan otonomi
di masadewasa. Tidak dapat
dipungkiri bahwasanya remaja yang sedang mencari identitas diri mereka
mengalami perubahan mood yang sangat cepat misalnya saja, disuatu waktu mereka
bersikap argumentatif dan disutu waktu mereka bersifat kooperatif. Lalu apa
yang dapat dilakukan untuk mengatasi krisis identitas pada remaja? orang tua, teman
sebaya dan lingkungan harus memberikan kesempatan pada remaja untuk
mengeksplorasi berbagai peran dan kepribadian yang berbeda. Pada fase ini
seorang remaja mengalami empat status identitas yang pernah dikemukakan oleh marcia, adapun
empat status itu antara lain
l Identitym diffusion atau istilah yang merujuk pada kondisi remaja yang belum pernah mengalami krisis dan belum pernah membuat sebuah komitmen.
l Identity
foreclosure atau istilah
yang merujuk pada kondisi remaja
yang sudah pernah membuat sebuah komitmen tetapi belum pernah mengalami krisisi dentitas
l Identity
moratorium atau istilah
yang merujuk pada kondisi remaja
yang yang berada di pertengahan krisis tetapi belum membuat komitmen yang jelas terhadap identitas tersebut.
l Identity
achievement atau istilah
yang merujuk pada kondisi remaja
yang telah mengalami krisisi dentitas dan telah melakukan komitmen
Selain itu, kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan.
Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur
orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang
berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini. Adanya motivasi dari keluarga, guru,
teman sebaya untuk terlepas dari suatu permasalahan. Peran keluarga harus lebih menonjol, dan pandai memperbaiki suasana hati remaja itu sendiri. Namun pada intinya, peran remaja itu sendirilah
yang harus lebih berperan, yaitu remaja membentuk ketahanan diri agar
tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas
yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Dari sebuah kasus yang marak terjadi yaitu pemaksaan
kehendak orang tua terhadap masa depan seorang remaja contohya orang tua
memaksa seorang remaja untuk menjadi seorang dokter,
sedangkan remaja tersebut tidak memiliki minat apapun
pada bidang kedokteran, hal ini dapat menyebabkan identitasnya kabur, mengapa? karna
remaja tidak dapat menemukan jati diri mereka dan terus didorong untuk
melakukan sesuatu yang mereka tidak sukai, hal inilah yang biasa dapat
menyebabkan seorang remaja frustasi dan depresi dan akhirnya terjerumus pada
pergaulan yang tidak sehat, misalnya pemakaian obat-obatan terlarang, mengonsumsi
atau kecanduan terhadap rokok dan minuman keras, free sex dan pergeseran
norma-norma sosial pada remaja tersebut. Semua itu disebabkan oleh identitas
yang kabur sebagai akibat dari krisis identitas yang tidak dapat diatasi remaja.
Lalu apakah yang dapat kita lakukan sebagai seorang
remaja jika mengalami krisis identitas? sebaiknya kita mencoba membicarakan
baik-baik terhadap apa yang kita inginkan kepada kedua orang tua, jika kita
belum bisa menemukan jati diri kita ada baiknya kita mencoba bereksplorasi
terhadap apa yang kita sukai dan akan menjadi identitas diri kita kedepannya. Tetapi
hal tersebut juga tidak lepas dari dukungan orang tua dan lingkungan yang
membantu dan menggiring remaja untuk menemukan identitas diri mereka, bukan malah memberikan
tekanan pada diri seorang remaja sehingga mereka terlalu terikat dengan aturan
dan malah lebih cenderung menarik diri pada lingkungan sehingga menyebabkan
seorang remaja tidak dapat mengatasi krisis identitas yang mereka alami. Lalu
apa yang dapat dilakukan pemerintah untuk membantu remaja menemukan identitas
diri mereka? pemerintah harus memberikan pendidikan gratis sebagai dasar bagi
remaja untuk membentuk pola fikirnya didalam bidang akademik, serta pemerintah
juga bisa menambahkan jam pelajaran yang berupa bimbingan konseling seperti
yang selalu dilakukan sekolah kami yaitu SMAN 2 WATAMPONE.
Berbagai lapisan masyarakat, pemerintah, keluarga, teman
sebaya dan orang tua sangatlah berperan aktif dalam membantuk remaja menghadapi
krisis identitas serta menemukan jati diri mereka.
Posting Komentar